“Di sekitar Pulau Pramuka ada lokasi kapal tenggelam yang bisa kita datangi ndak, Pak?” tanya kami pada Pak Darobi, guide yang mengenal titik-titik penyelaman di Pulau Pramuka. “Ada, Mas. Tapi tidak terlalu besar dan tidak terlalu dalam lokasinya,” jawabnya. “Siang nanti saja kita ke sana,” imbuhnya lagi. Saya sudah tak sabar lagi menanti sesi wreck dive siang nanti!
Wreck dive sendiri adalah diving di sekitar rongsokan kapal, pesawat, atau bangunan. Kemampuan wreck dive bisa dikuasai penyelam saat lanjut ke level advanced open water. Menggabungkan antara diving dan sejarah, aktivitas penyelaman ini populer karena menawarkan pengalaman yang tak terlupakan.

Kami beruntung karena ternyata di sekitar Pulau Pramuka ada banyak lokasi yang punya rongsokan kapal, misalnya di sekitar Pulau Papatheo dan Tabularasa.
Namun karena keterbatasan waktu siang ini kami bertiga (Ody sebagai instruktur dan Yudhi sebagai buddy) hanya melakukan wreck dive di dekat Pulau Pramuka. Titik penyelamannya ditempuh sekitar 15 menit dengan kapal kayu dari dermaga ODY dive.

Kami sempat kesulitan menemukan lokasi kapal sebab hanya mengandalkan petunjuk dari Pak Darobi tadi. Malangnya, Pak Darobi tidak bisa menemani. Karena mengantarkan para penyelam open water, ia harus mengambil rute yang berbeda. Senang sekali rasanya ketika akhirnya tiba di lokasi yang dimaksud, yang ditandai dengan tali tambang mengarah ke badan kapal.
Berselimut debu dan lumpur di kedalaman 25 meter
Akhirnya kami turun. Badan kapal penumpang berbahan fiber itu tampak tergeletak di dasar. Ukurannnya tidak terlalu besar. Sekali pandang saja kami sudah bisa melihat bagian haluan dan buritannya. Di sisinya masih terbaca tulisan Praja Bahari Jaya Utama 2.
Kapal itu bersemayam di kedalaman 25 meter, berselimut debu dan lumpur. Sayangnya belum terlalu banyak karang yang menempel di tubuh kapal. Ody yang membawa peralatan kamera Canon 5D Mark II di dalam pelindung (housing) Ikelite tampak bergerak perlahan mendekati jendela samping. Ia melongok dan kemudian memasukkan kamera ke dalam jendela, mencoba mengabadikan bagian dalam kapal.

Saya sendiri berputar-putar di atas kapal kemudian mengintip bagian dalam dari palka. Tak banyak yang bisa dilihat ketika saya menyenter interior kapal, hanya deretan kursi.
Menurut cerita penduduk setempat, kapal ini milik Pemerintah Provinsi DKI. Awal tahun 2017 kapal ini mengalami kebocoran. Atas persetujuan Gubernur DKI Jakarta saat itu, Ahok, kapal itu pun ditenggelamkan. Setelahnya kapal itu dikenal sebagai Wreck Kapal Ahok.

Memang tak banyak yang bisa dilihat di sekitar Wreck Kapal Ahok. Tapi kalau untuk sekadar menambah pengalaman, atau mulai menekuni wreck dive, spot ini lumayan. Apalagi posisinya tak terlalu jauh dari Jakarta.