Sebelumnya saya selalu membayangkan betapa sulitnya berada dalam air. Belum lagi banyak makhluk “menakutkan” yang akan kita jumpai ketika menyelam. Bujet pastinya akan membengkak karena perjalanan saya pasti takkan lagi sekadar mencelupkan kaki di pantai, melainkan menyelam di kedalaman. Singkat cerita, banyak alasan yang membuat saya enggan untuk menyelam.
Tapi ketika akhirnya berkesempatan mengambil sertifikat Open Water PADI awal November kemarin di Pulau Pramuka, saya sadar bahwa ketakutan-ketakutan itu muncul hanya karena kurangnya informasi; saya tak tahu apa yang akan saya hadapi.

Sebelum memulai diving ternyata ada beberapa tahapan yang harus dilalui. Wajar, sih, karena diving berhubungan langsung dengan keselamatan kita. Kalau tidak mempersiapkan diri dengan baik, bisa saja hal-hal yang merugikan terjadi ketika kita sedang beraktivitas dalam laut.
Saya juga banyak bertanya kepada beberapa teman yang sudah terlebih dahulu menekuni diving. “Belajar di kolam dulu, Bek. Setelah itu baru nanti ujian di laut,” begitu informasi yang saya dapat dari teman-teman. Mereka juga menambahkan, “Biasanya untuk praktik di laut bisa dilakukan di Karimunjawa.”

Beruntung setelah itu saya bergabung dengan Odydive, salah satu PADI 5 Stars Diving Center di Jakarta. Itu adalah tawaran yang menggiurkan. Tinggal selangkah lagi bagi saya untuk menggapai impian mengabadikan keindahan bawah laut Indonesia.
Di dive center itu banyak informasi yang saya dapatkan. Untuk mulai menyelam, kita harus mengikuti kursus untuk mengambil sertifikat diving pertama, yakni level open water. Dengan sertifikat open water kita akan bisa menyelam hingga kedalaman 18 meter. Setelah itu kalau ingin mengembangkan skill kita bisa lanjut ke tahap selanjutnya, yakni advanced open-water, rescue, dive master, dan terus ke jenjang instruktur.

Kursus level “open water”
Ada beberapa tahapan dalam kursus open water. Pertama adalah sesi kelas yang berisi materi-materi dasar diving, misalnya prosedur penyelaman, memilih peralatan selam yang sesuai, standar keamanan saat penyelaman, dan hal-hal dasar lain. Pada sesi kelas, biasanya teori akan diperlihatkan lewat video. Ada enam sesi nonton video. Di akhir setiap sesi akan ada review di mana calon penyelam harus menjawab beberapa soal untuk memastikan kita memahami meterinya atau tidak. Setelah semuanya selesai akan diadakan ujian akhir. Nilai minimal untuk mendapatkan sertifikat adalah 75.
Berikutnya adalah sesi kolam. Beruntungnya, Ody dive punya kolam, jadi kapan pun saya bisa turun ke kolam. Ada 24 skill dasar diving yang akan dipelajari satu per satu dengan bimbingan instruktur. Salah satu contohnya adalah membersihkan masker dari embun (mask clearing). Awalnya saya sempat kelabakan sendiri saat sesi mask clearing. Karena salah memahami instruksi, saya malah menyemburkan udara dari hidung sambil membuka masker bagian atas sehingga air masuk kembali. Semestinya yang dibuka adalah bagian bawah. Alhasil, saya mesti melihat peragaan dari instruktur sekali lagi sebelum bisa melakukan prosedur mask clearing dengan benar.

Sesi lain yang cukup sulit adalah mengatur buoyancy alias daya apung. Mengatur buoyancy adalah skill “melayang” dalam air. Ini adalah salah satu skill yang harus dikuasai seorang penyelam, terutama ketika ia berencana untuk menekuni underwater photography atau videography. Dengan mengatur buoyancy, gerak seorang penyelam akan lebih stabil. Kestabilan ini akan sangat membantu saat mengambil foto atau video. Selain itu, konsumsi udara juga akan lebih hemat karena daya apung yang baik akan membuat kita tak perlu mengeluarkan terlalu banyak tenaga saat dalam air.
Setelah menguasai skill kolam, calon penyelam akan dibawa ke laut untuk praktik sekalian ujian untuk mendapatkan sertifikat. Di laut, kemampuan-kemampuan yang sebelumnya sudah dipelajari di kolam akan kembali diulang. Tentu saja dalam kondisi berbeda sebab, tidak seperti kolam, laut kadang berarus. Saya sempat kesulitan untuk stabil di kedalaman sekitar enam meter di depan dermaga Ody Dive, Pulau Pramuka, karena arus laut.

Lama-lama akan terbiasa
Semula barangkali akan terasa sukar. Namun setelah lebih terbiasa, kita akan mulai bisa juga menikmati sensasi melayang di bawah air, saat bertemu rombongan ikan yang seakan tidak mempedulikan kehadiran kita di dunia mereka, ketika bertemu penyu di kedalaman 17 meter yang berenang santai hanya dengan menggerakkan kedua kaki depannya kemudian berenang jauh meninggalkan kita yang kegirangan.
Sehabis melampaui semua tahap, sertifikat open water sudah di kantong. Maka terbukalah pintu untuk menikmati keindahan bawah laut, berenang di antara manta, paus, dan ribuan ikan dan mengabadikannya dalam bingkai-bingkai foto.